Rindu Masjid
1 Syawal 1441 Hijriah
“Allaahu Akbar,,, Allaahu Akbar,,, Allaahu Akbar”
Suara takbir berkumandang
Beberapa minggu sebelumnya,
Aku bangun di pagi hari dengan semangat, lalu aku bersiap-siap sekolah daring. Jam belajar pertama berjalan, kemudian lanjut jam belajar kedua hingga selesai. Saat adzan Dhuhur dikumandangkan, aku langsung bergegas ke masjid dengan sepeda kesayanganku.
“Wan, sudah membawa sajadah dan masker?” tanya Ayah.
“Astaghfirullah, hampir saja lupa. Untung Ayah ingatkan.” jawabku
Yaah,, beginilah kondisi saat pandemi Covid-19 merebak di Indonesia, dan juga berimbas di Kota Balikpapan, kota kelahiran dan tempat tinggalku. Berbagai bidang harus menyesuaikan dengan standar protokol kesehatan, sekolah diadakan secara daring, keluar rumah menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan lainnya. Demikian pula dengan masjid-masjid, termasuk Masjid Assalam, Wika, yang berada di dekat rumahku dan merupakan tempatku menjalankan ibadah sholat lima waktu apabila tidak sedang bersekolah. Penyesuaiannya antara lain menggulung karpet-karpet masjid, tidak menggunakan pendingin ruangan, menjaga jarak, harus membawa sajadah dan tentu saja menggunakan masker yang menutup hidung dan mulut. Saya bersyukur masih bisa melaksanakan sholat lima waktu di masjid.
Setelah lengkap, aku, ayah dan adik bersepeda ke masjid Assalam dan menjalankan sholat berjama’ah sebagai rutinitas sehari-hari yang menyenangkan bagiku.
Setelah Sholat Dhuhur berjamaah berakhir, terdengar pengumuman yang membuat perasaanku sangat sedih, bahwa masjid akan ditutup untuk sementara waktu dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 yang penderitanya semakin meningkat. Hari-hari berlalu, hingga dijatuhkannya tanggal 1 Ramadhan 1441 Hijriah, masjid Assalam belum kunjung dibuka karena maraknya penyebaran Covid-19.
Hati kecilku memberontak, bukankah seharusnya di masa pandemi seperti ini kita harus semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan memperbanyak beribadah dan berdoa agar pandemi ini segera usai, memperbanyak berbuat baik, dan melakukan kegiatan-kegiatan ibadah lainnya. Aahh,,, tidak terima rasanya,,
“Wan, sedang apa?” sapa Ayah
“Sedang duduk-duduk aja, Yah.”
“Ayah perhatikan dari tadi wajahnya cemberut.”
“Emmm.. gapapa kok, Yah.” jawabku, masih enggan menceritakan isi hatiku.
“Ya sudah, ayo segera berwudhu, kita Sholat Ashar berjama’ah di rumah.”
“Baik, Yah.”
Kami pun segera berwudhu dan Sholat Ashar berjama’ah.
Malam hari setelah Sholat Magrib dan mengaji, kami sekeluarga ngobrol-ngobrol santai.
“Yah, kenapa sih masjid ditutup? Aku kan mau main dengan teman-temanku setelah sholat” kata Adikku.
“Insya Allah demi kebaikan bersama, supaya penyakit Covid-19 tidak semakin bertambah penderitanya.” jawab Ayah.
“Tapi kenapa bandara dan mall-mall masih dibuka, Yah?” ujarku ikut bertanya.
“Insya Allah semua kebijakan yang dibuat pemerintah sudah dipertimbangkan, diambil sisi kebaikannya yang lebih banyak.” jawab Ayah
“Bukannya dengan wabah ini kita seharusnya lebih khusyuk ibadah dan memperbanyak kegiatan ibadah ya, Yah!” ujarku dengan sedikit berapi-api.
“Benar sekali! Kita harus memperbanyak ibadah, mendekatkan hati kepada Allah, dan semua itu tidak berarti harus surut hanya karena kita tidak ke masjid. Semakin kita mendekatkan diri kepada Allah, semakin Allah dekat dengan kita, di manapun kita berada. Jangan bersedih, Insya Allah kita juga masih bisa mengikuti kajian-kajian online. ” Ujar Ayah panjang lebar.
“Iya Yah.” jawabku dan adik.
“Insya Allah tidak ada yang sia-sia dalam hidup. Mungkin saat ini kita belum melihat, tapi pasti ada hikmah yang kelak akan kita dapatkan. Banyak-banyak berdoa aja semoga pandemi segera berlalu dan masjid-masjid kembali dibuka.” Kata Ayah lagi.
“Aamiiin!!” jawabku dan adik dengan semangat.
Setelah berjalannya waktu, aku belajar berdamai dengan hati, dan menikmati saat-saat kebersamaan beribadah dengan keluarga. Dan benar kata Ayah, selalu ada hikmah yang diperoleh. Salah satunya adalah saat sholat lima waktu di rumah, Bunda bisa ikut memperhatikan gerakan-gerakan sholat aku dan adik yang kurang sempurna dan menyampaikan yang benar setelah sholat.
Setiap tahun, dalam kondisi normal, Bulan Ramadhan selalu diisi dengan kegiatan-kegiatan ibadah, seperti I’tikaf di masjid, menjadi pembawa acara sebelum sholat tarawih, ngabuburit bersama teman-teman, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya. Aku mengawali hari-hari di bulan Ramadhan dengan sholat tahajjud lalu sahur bersama keluarga, setelah itu aku Sholat Subuh di masjid dan dilanjutkan dengan mendengarkan taklim ba’da Subuh, lalu aku kembali kerumah untuk bertilawah dan beristirahat. Beberapa saat sebelum berbuka puasa, aku dan teman-temanku sering berjalan-jalan di sekitar masjid. Saat waktu berbuka tiba, aku berbuka puasa di masjid bersama jamaah yang lain. Saat adzan Isya dikumandangkan, aku pergi ke masjid untuk Sholat Isya dan Tarawih. Sebelum kultum tarawih, biasanya remaja masjid, termasuk aku, ditugaskan bergantian tiap hari membacakan beberapa informasi mengenai program, kegiatan, dan beberapa pengumuman yang ada di masjid. Sungguh pengalaman luar biasa bagiku. Di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, di masjid juga diadakan program I’tikaf, dan biasanya aku, ayah dan adik menetap di masjid semalaman untuk beribadah dengan harapan mendapat Ridho Allah SWT dan dapat bertemu dengan malam Lailatul Qadar.
Dan Bulan Ramadhan dalam kondisi pandemi pun berjalan, Hari pertama puasa dalam kondisi pandemi berjalan dengan lancar seperti biasa, aku melakukan kegiatan-kegiatan seperti biasanya, sahur bersama keluarga, tilawah al-qur’an, membantu memasak untuk buka puasa, berbuka puasa bersama keluarga dan beberapa kegiatan lainnya.
Namun, Ramadhan saat pandemi tentu sangat berbeda, masjid yang selalu digunakan untuk sholat lima waktu dari Subuh hingga Isya, lalu ditambah dengan program-program Ramadhan yang selalu meriah setiap tahunnya harus ditutup dan ditiadakan karena kondisi pandemi.
Tetapi, aku tetap bersyukur atas pemberian Allah SWT karena aku bisa merasakan asyiknya berkumpul dan beribadah bersama-sama dengan keluarga tercinta, bersama ayah, bunda, dan adik untuk sholat berjamaah, sholat tarawih, tilawah al-quran, dan lain-lain.
Hari kedua sampai seterusnya masih seperti biasa, namun aku mulai merasa gelisah, rasanya seperti ada yang kurang lengkap dalam Ramadhan tahun ini. Aku merindukan masjid dan kegiatan-kegiatan Ramadhannya, Mengenang kemeriahan Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya, aku merasa sangat disayangkan apabila ditiadakan momen-momen seperti I’tikaf, tilawah bersama teman di masjid, berbagi takjil di jalan raya, berbuka puasa bersama di masjid, dan kegiatan-kegiatan sejenisnya
“Aku rindu masjid!” kataku pada saat itu.
Beberapa hari kemudian doaku terjawab. Saat itu, aku dan keluargaku pergi ke rumah paman untuk bersilaturahmi dan berbuka puasa bersama, kami saling bertukar cerita antara satu dengan yang lain, saling berbagi informasi, dan lain-lain. Saat Adzan Maghrib dikumandangkan, kami pun berbuka puasa dengan takjil yang dihidangkan. Ternyata masjid di dekat rumah Paman tetap buka dan terdapat kegiatan ibadah dengan menerapkan protokol kesehatan. Setelah berbuka puasa, kami diajak pergi ke masjid untuk melaksanakan Sholat Maghrib berjamaah. Setelah itu kami pun kembali ke rumah paman untuk melanjutkan berbuka puasa sambil bercengkrama satu sama lain, Tidak terasa sudah memasuki waktu Isya, kami pun bergegas menuju ke masjid yang tak jauh dari rumah paman, untuk melaksanakan Sholat Isya dan Sholat Tarawih berjamaah.
Setelah hari itu, aku dan keluargaku sesekali pergi ke masjid di dekat rumah paman walaupun lokasinya sedikit lebih jauh untuk melaksanakan sholat isya dan tarawih berjamaah, namun tentu saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Setelah beberapa lama, akhirnya aku dan keluarga bisa merasakan sholat tarawih berjamaah di masjid seperti dulu lagi, aku sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikanku jalan untuk kembali beribadah di masjid, Alhamdulillah.
Dari hal ini aku berpikir, ternyata hikmah lain yang kudapatkan bahwa aku butuh masjid untuk menjadi salah satu tempat ibadahku. Hal yang tidak kusadari sebelumnya karena sebelum pandemi, aku dapat leluasa ke masjid dan menikmati kebersamaannya. Ternyata, setelah kehilangan beberapa saat, baru aku sadari ternyata masjid sudah menjadi kebutuhan jiwaku sabagai sarana beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Semoga pandemi segera berlalu dan kita semua bisa menjalankan aktivitas normal kembali. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.
Penulis : Dzakwaan Kareem Rismawan
Penyelia Naskah : Yuni Soleha Ningsih, S.Pd